Senin, 22 April 2013

Bahasa indonesia

PERTEMUAN 1
Indra Tjahyadi, S.S., M.Hum.

¨  Pengertian Bahasa dan FungsinyaPengertian
a)      Teknis: Bahasa adalah seperangkat ujaran yang bermakna, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
b)      Praktis: bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan alat ucap manusia
c)       Filosofis: Sistem tanda arbriter yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengembangkan budayanya
Arbitrer:  kebebasan yang dimiliki oleh masyarakat untuk menentukan dan membuat sistem bahasanya sendiri tergantung pada konvensi
Bahasa harus mengandung keteraturan dalam sebuah sistem yang memungkinkan setiap anggota masyarakat dapat memperlajari, menggunakan dan memahaminya
Fungsi bahasa
1.      Bahasa sebagai alat komunikasi
2.      Bahasa sebagai alat ekspresi diri
3.      Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
4.      Bahasa sebagai alat kontrol sosial
5.      Bahasa sebagai alat identifikasi
6.      Bahasa sebagai alat berpikir

PERTEMUAN 2
Pengertian Bahasa Indonesia
  Menurut Rahayu (2007: 8):
       “… Bahasa Indonesia tak lain adalah bahasa Melayu yang telah menyatu dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang berkembang di Indonesia.”
Sejarah Bahasa Indonesia
  Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya bahasa Melayu digunakan sebagai alat perhubungan atau lingua franca bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga di hampir seluruh Asia Tenggara (Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ, 2007: 2).
  Bukti penggunaan bahasa Melayu di Indonesia sebelum kemerdekaan:
  Prasasti Kedukan Bukit  di Palembang, tahun 683.
  Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
  Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
  Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah, tahun 832.
  Prasasti Bogor di Bogor, tahun 942.
  Ada empat faktor penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia:
  Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
  Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, se[erti dala, bahasa Sunda (kasar, lemes).
  Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
  Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Kedudukan Bahasa Indonesia
  Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
       Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didasarkan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga. Butir ketiga dalam ikrar Sumpah Pemuda itu selengkapnya berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” .
  Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
       Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi: “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia” .
Ragam Bahasa Indonesia
  Menurut Mustakim (1994: 18) ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa yang timbul sebagai akibat adanya sarana, situasi, dan bidang pemakaian bahasa yang berbeda-beda.
  Ragam bahasa Indonesia dilihat dari sarana pemakaiannya (Mustakim, 1994: 18):
  Ragam lisan
  Ragam tulis
  Ragam bahasa Indonesia didasarkan pada tingkat keresmian situasi pemakaiannya:
  Ragam resmi (ragam formal):
  Ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi yang resmi.
  Ragam bahasa Indonesia resmi ditandai dengan pemakaian unsur-unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang tinggi.
  Ragam tidak resmi (ragam informal):
  Ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi tidak resmi.
  Ragam bahasa Indonesia tidak resmi ditandai dengan pemakaian unsur-unsur kebahasaan Indonesia yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang rendah.
  Ragam bahasa Indonesia ditinjau dari norma pemakaiannya:
  Ragam baku:
  Ragam bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, baik kaidah ejaan maupun kaidah tata bahasa.
  Ragam tidak baku:
  Ragam bahasa Indonesia yang penggunaannya menyimpang dari kaidah yang berlaku.
  Ragam bahasa Indonesia ditinjau dari sarana pengungkapannya:
  Ragam lisan baku dan ragam lisan tidak baku.
  Ragam tulis baku dan ragam tulis tidak baku.
Catatan: ragam baku, baik tulis maupun lisan,  digunakan dalam situasi resmi, sedangkan ragam tidak baku, baik tulis maupun lisan, digunakan dalam situasi tidak resmi.
  Ragam bahasa Indonesia ditinjau dari bidang pemakaiannya, antara lain:
       Bahasa Indonesia sastra.
       Bahasa Indonesia teknologi.
       Bahasa Indonesia hukum.
       Bahasa Indonesia ekonomi.
       dsb.
Fungsi Bahasa Indonesia
  Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional:
       Sebagai lambang kebanggaan nasional.
       Sebagai lambang jati diri atau identitas nasional.
       Sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya.
       Sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
  Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:
       Sebagai bahasa resmi negara.
       Sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
       Sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan.
       Sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
PERTEMUAN 3
Metode berpikir ilmiah dan Ilmu Pengetahuan
Definisi
ü  Metode: sekumpulan cara atau langkah-langkah untuk melakukan sesuatu
ü  Berpikir: aktivitas yang menggunakan akal sehat
ü  Ilmiah: analitis, berdasarkan argumentasi yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan; bersifat keilmuan
Definisi Ilmu
ü  Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan darimana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah umum
ü  Ilmu ialah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematik
Apa perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan?
ü  Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui. Pengetahuan, karena itu, sangatlah banyak & beragam mulai dr pengetahuan ttg keyakinan, kesenian, sampai dgn pengetahuan yg disebut dengan ilmu.
ü  Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yg mempunyai ciri khusus. Ilmu di antaranya diperoleh melalui penelitian yg dilakukan melalui metode spesifik (metode berpikir) keilmuan.
Bagaimana Proses Berpikir?
ü  Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba
ü  Kemudian rasa sulit itu diberi definisi dalam bentuk permasalahan
ü  Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi, atau teori
ü  Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data)
ü  Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan maupun percobaan-percobaan
Dua Kriteria Penting Berpikir Secara Nalar
ü  Ada unsur logis: Tiap bentuk berpikir mempunyai logikanya tersendiri. Dengan perkataan lain, berpikir secara nalar tidak lain berpikir secara logis
ü  Ada unsur analitis: Dengan logika, kegiatan berpikir mempunyai sifat analitis yang mana sifat ini merupakan konsekuensi dari adanya pola pikir tertentu. Berpikir secara ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian berpikir tidak dapat dilepaskan dari daya imajinatif seseorang dalam merangkaikan rambu-rambu pikirannya ke dalam suatu pola tertentu 
Rasio dan Fakta Dalam Berpikir
ü  Rasio dan fakta merupakan sumber utama dari nalar atau sumber berpikir
ü  Mereka yang berpendapat bahwa rasiolah yang merupakan sumber utama dari kebenaran dalam berpikir digolongkan dalam mazhab rasionalisme
ü  Sebaliknya, mereka yang berpendapat sumber utama kebenaran dalam berpikir adalah fakta yang dapat ditangkap melalui pengalaman manusia disebut mazhab empirisme
ü  Pada hakikatnya berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif yang berkaitan erat dengan rasionalisme dan empirisme
Syarat Kebenaran Ilmiah
ü  Adanya koherensi: Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, pernyataan Budi akan mati dapat dipercaya karena pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan semua makhluk hidup akan mati, manusia adalah makhluk hidup, dan Budi adalah manusia.
ü  Adanya korespondensi: Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya, pernyataan bahwa ibu kota provinsi Jawa Timur adalah Surabaya adalah benar karena pernyataan tersebut berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut
ü  Bersifat pragmatis: Suatu pernyataan dianggap benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional (kegunaan) dalam kehidupan pragmatis. Misalnya, secara pragmatis orang percaya kepada agama karena agama bersifat fungsional dalam memberikan pegangan dan aturan hidup pada manusia.
Kebenaran Nonilmiah
ü  Penemuan dengan cara akal sehat. Contoh di abad ke-19 dengan common sense orang percaya bahwa hukuman untuk anak didik merupakan alat utama dalam pendidikan.
ü  Penemuan kebenaran secara wahyu (merupakan kebenaran yang asasi).
ü  Penemuan kebenaran secara intuitif: diperoleh melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir ataupun melalui suatu renungan.
ü  Penemuan kebenaran melalui trial and error: melakukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi.
ü  Penemuan kebenaran melalui spekulasi: jika dalam penemuan trial and error seseorang tidak memiliki panduan sama sekali maka dalam penemuan secara spekulasi, seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan walaupun pertimbangan tersebut penuh risiko
ü  Penemuan kebenaran karena wibawa: Kewibawaan seorang pemimpin politik dapat menghasilkan kebenaran yang diterima masyarakat
Logical Fallacy
ü  Salah nalar adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan
ü  Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan
ü  Contoh:
Di perguruan tinggi, bahasa Inggris merupakan matakuliah terpenting. Tanpa menguasai bahasa Inggris tidak mungkin seorang mahasiswa dapat menguasai matakuliahnya dengan baik.
Logical Fallacy: Generalisasi yang terlalu luas
ü  Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan data yang terbatas
ü  Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul:
1.   Generalisasi sepintas
                Kesalahan ini terjadi ketika seseorang membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit. Misalnya “Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar”
2.            Generalisasi apriori
                Salah nalar ini terjadi ketika seseorang melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya.
                Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka
                Contoh, semua pejabat korup, para remaja sekarang rusak moralnya, zaman sekarang tidak ada orang yang berbuat tanpa pamrih 
Logical Fallacy: Kesalahan Analogi
ü  Kerancuan analogi disebabkan penggunaan analogi yang tidak tepat
ü  Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok)
       Misalnya:
                “Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar atau pengambilan keputusan, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Oleh karena itu, demokrasi dalam pemerintahan tidak diperlukan karena menghambat kinerja pemerintahan”
Logical Fallacy: Kekeliruan Kausalitas
ü  Salah nalar ini terjadi karena seseorang keliru menentukan dengan tepat sebab dari suatu peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu kejadian
ü  Salah satu bentuk kesalahan kausalitas ini terjadi karena keliru menentukan sebab, yang dalam bahasa latin disebut post hoc ergo propter hoc “sesudah itu, karena itu menyebabkan ini
ü  Kekeliruan penalaran ini terjadi karena seseorang beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi lebih dahulu merupakan sebab sedangkan peristiwa sesudahnya merupakan akibat
ü  Contoh:
                1.            Saya tidak dapat berenang karena tak ada satu pun keluarga       saya yang dapat berenang.
                2.            Karena menyakiti orang tuanya, matinya pun tertabrak mobil.
                3.            Saya tidak dapat mengerjakan soal dengan baik karena                 sebelumnya sarapan dulu.
Logical Fallacy: Kesalahan Relevansi
Kesalahan relevansi terjadi apabila bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah simpulan
tiga kemungkinan kesalahan
ü  Pengabaian persoalan (ignoring the question).
ü  Penyembunyian persoalan
ü  Kurang memahami persoalan
Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Terjadinya salah nalar ini disebabkan oleh pengalihan suatu isu atau permasalahan dan menggantinya dengan isu atau permasalahan lain yang tidak berkaitan
ü  Pengabaian persoalan yang disebabkan ketidakmampuan seseorang untuk menemukan atau menghubungkan berbagai bukti atau alasan yang mendasari pendapat atau simpulannya. Contoh: korupsi di Indonesia tidak dapat diberantas karena pemerintah tidak memiliki undang-undang yang khusus tentang hal itu
ü  Pengabaian persoalan yang disebabkan oleh pemindahan alasan atau bukti terhadap manusianya. Saya memilih X karena dia orangnya ramah, dan murah hati. Kalau bertemu dengan saya dia menyapa lebih dahulu. Dia baik dengan saya. Saya menyukainya. Karena itulah saya memilih dia.
ü  Argumentum ad hominem, pembuktian dengan menyerang manusianya. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan suatu tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen. Contoh: Agus tidak bisa belajar karena matanya sakit. Apakah tingkat kesuksesan prestasi siswa ditentukan oleh tingkat kesehatan mata siswa.
ü  Argumen ad populum, pembuktian yang bersandar pada orang banyak, menggugah emosi massa, tidak diperlukan pembuktian secara logis. Contoh: Kalau cinta tanah air, belilah produk dalam negri. Hitler menyulut emosi rakyat Jerman yang sedang krisis ekonomi dengan menyalahkan kaum Yahudi di sana sebagai penyebab krisis ekonomi.
ü  Alasan yang tidak langsung berkaitan: mengapa saya tidak boleh terlambat, dosen yang lain juga sering terlambat.  
Penyembunyian persoalan
ü  tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikan gaji PNS kalau mungkin lebih tinggi dari gaji pegawai swasta.
ü  Sinta adalah anak yang populer di kampusnya karena itu, dosen bahasa Indonesia memberinya nilai A.
ü  Saya sering bolos karena banyak tanggungan untuk menyekolahkan adik saya.
Kurang memahami persoalan
Contoh:
ü  Pertanyaan: Mengapa pembelajaran bahasa Indonesia perlu dilakukan dengan komunikatif?
ü  Jawab: Dalam mengajar bahasa Indonesia dosen adalah contoh yang akan dilihat dan diikuti oleh mahasiswanya. Oleh karena itu, dosen dalam mengajar perlu memakai BI yang baik dan benar serta komunikatif sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti mahasiswa
Metode Berpikir Ilmiah
Kemampuan menalar
ü  Untuk menyampaikan ungkapan atau suatu tulisan ilmiah, seseorang perlu mempunyai kemampuan menalar.
ü  Terdapat beberapa prinsip penalaran berkaitan dengan penalaran ilmiah.
ü  Melalui proses penalaran ilmiah akan dihasilkan asumsi, hipotesis, teori dan formulasi untuk mencapai simpulan.
Prinsip penalaran
ü  Principium indetitatis yang menyatakan bahwa sesuatu itu hanya identik dengan diri sendiri
ü  Principium contradictionis yang menyatakan bahwa suatu gejala tidak mungkin sekaligus merupakan gejala itu sendiri
ü  Principium exclusi tertii yang menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga. Segala seuatu itu harus positif dan negatif
ü  Principium rationis suficientis bahwa segala sesuatu itu selalu ada sebabnya, dikenal sebagai prinsip sebab akibat
ü  Principium individuationis merupakan penegasan dari principium identitatis.
ü  Keperluan unsur dasar untuk penalaran adalah data sebagai fakta.
ü  Seseorang yang menalar akan perlu memiliki pengetahuan tentang data.
ü  Data yang ada perlu dipilah menurut kriteria analisis tertentu.